Pernyataan berikut adalah seorang penyelia (supervisor) yang sedang menggambarkan gaya kepemimpinannya. Dia mengendalikan lima belas program computer dalam sebuah perusahaan pemrosesan data yang sedang tumbuh pesat. Rata-rata umur para pemrogram computer tersebut adalah dua puluh satu tahun.
"Bila seorang pemimpin ingin sukses, dia harus dihormati para bawahannya. Saya telah mengamati para penyelia yang lemah dan takut untuk membuat keputusan-keputusan.Sebelum mereka mengetahuinya, mereka segera menemukan bahwa ada cukup ‘pembangun kerajaan’ disekitarnya untuk merebut kekuasaan yang dapat mereka peroleh. Selama puluhan tahun saya bekerja disini , saya telah melihat lebih dari satu penyelia tertekan pada pekerjaannnya,baik karena manajer lain yang melanggar bidang wewenangnya atau karena para bawahan mulai sebagai ‘pekerja-pekerja yang baik’ dan kemudian mendapatkan ‘lampu hijau’ dari manajer tingkat atas untuk menggunakan wewenang yang sesungguhnya dipunyai penyelia".
"Hal lain seharusnya dipikirkan seorang penyelia adalah konsistensi. Perubahan gaya kepemimpinan,saya pikir ,merupakan hal jelek. Para bawahan akan lebih menyukai penyelia yang keras sepanjang waktu daripada seorang lunak (linient) satu menit dan keras atau ketat (hard-noses) dua menit berikutnya".
"Akhirnya, ada masalah sulit pada pengendalian. Seorang penyelia yang tidak dapat mempertahankan pengawasan ketat dalam situasi kerja tidak akan dapat melakukan pekerjaan secara effektif. Pengawasan ketat menimbulkan disiplin kuat bawahan.Tanpa pengawasan ini , saudara akan segera mempunyai kakacau-balauan. Pikirkan juga bahwa disamping apa yang mungkin meraka katakan, para bawahan sungguh-sungguh menginginkan saudara memberikan disiplin.Mereka tidak akan hormat pada saudara kecuali saudara memberikan disiplin kepada mereka dan cara terbaik untuk melakukan hal itu adalah close control".
1. ANALISA PERNYATAAN PENYELIA
a. Jaringan manajerial (managerial grid) Blake dan Mouton
Jaringan manajerial (Managerial Grid) dikembangkan oleh psikolog industrial yang bernama BLAKE dan MOUTON yang memberikan gambaran yang menarik tentang macam-macam gaya kepemimpinan.
Menurut jaringan Blake dan Mouton mengidentifikasian gaya seorang penyelia, tetapi tidak secara langsung berkaitan dengan efektifitas. Prinsip yang ada di dalam jaringan ini sangat sesuai yang ada terdapat di dalam pernyataan penyelia, dimana penyelia mengemukakan bahwa : "Seorang penyelia yang tidak dapat mempertahankan pengawasan ketat dalam situasi kerja tidak akan dapat melakukan pekerjaan secara efektif."
Pernyataan ini mengemukakan bahwa seorang penyelia (penyelia) harus mempunyai pengawasan ketat menimbulkan disiplin kuat terhadap semua kegiatan anak buah dan juga kedisiplinan untuk mengatur semua tugas dengan mengutamakan efektifitas kinerja masing-masing tugas sesuai dengan jaringan Manajerial (Manager Grid) yang ada di dalam organisasi tersebut.
Managerial grid adalah seorang pemimpin selain harus lebih memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga dituntut untuk memiliki orientasi yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia sebagai bawahannya. Artinya bahwa seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan faktor hubungan dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas, maka saat itu juga pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya secara baik.
Grid manajerial terdiri dari dua dimensi: perhatian tentang bisnis dan kepedulian tentang orang-orang.
Grid manajerial terdiri dari dua dimensi: perhatian tentang bisnis dan kepedulian tentang orang-orang.
b. Jaringan 3 dimensi Reddin
William J. Redden adalah seorang profesor dan konsultan Kanada, telah menambahkan dimensi ketiga atau efektivitas pada modelnya. Teori ini menyajikan empat gaya kepemimpinan dasar dan setiap gaya dapat efektif atau tidak efektif tergantung pada situasi, gaya kepemimpinan dari Reddin ini tidak terpengaruh kepada lingkungan sekitarnya. kedelapan gaya ini dapat diuraikan sebagai berikut:
- Empat Gaya Kepemimpinan yang Efektif -
1. Eksekutif (Executif)
Gaya Executif mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Manajager seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau menetapkan produktifitas yang tinggi.
2. Pembangun (developer)
Gaya pembangun ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungan kerja,sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas perkerjaan adalah minim.
3. Otokrat penuh kebajikan (benevolent autocrat)
Gaya kepemimpinan ini melakukan perhatian yang maksimum terhadap pekerjaan(tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali tetapi berusaha agar menjaga perasaan bawahannya. Gaya ini sangat sesuai dengan pernyataan seorang manajer (penyelia) tersebut yaitu :
"para bawahan sungguh-sungguh menginginkan saudara memberikan disiplin. Mereka tidak akan hormat pada saudara kecuali saudara memberikan disiplin kepada mereka dan cara terbaik untuk melakukan hal itu adalah close control". Secara langsung sikap perhatian yang maksimun berupa sikap disiplin terhadap tugas tugas bawahannya akan memberikan efektifitas dan juga memberikan rasa hormat bawahan terhadap seorang manajer (penyelia).
4. Birokrat (Bureaucrat)
Gaya kepemimpinan ini melakukan perhatian terhadap pekerjaan(tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja dengan cara mengutaman sebuah birokrasi terhadap masing-masing bawahan untuk mencapai suatu efektifitas tujuan pekerjaan masing-masing.
1. Eksekutif (Executif)
Gaya Executif mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Manajager seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau menetapkan produktifitas yang tinggi.
2. Pembangun (developer)
Gaya pembangun ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungan kerja,sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas perkerjaan adalah minim.
3. Otokrat penuh kebajikan (benevolent autocrat)
Gaya kepemimpinan ini melakukan perhatian yang maksimum terhadap pekerjaan(tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali tetapi berusaha agar menjaga perasaan bawahannya. Gaya ini sangat sesuai dengan pernyataan seorang manajer (penyelia) tersebut yaitu :
"para bawahan sungguh-sungguh menginginkan saudara memberikan disiplin. Mereka tidak akan hormat pada saudara kecuali saudara memberikan disiplin kepada mereka dan cara terbaik untuk melakukan hal itu adalah close control". Secara langsung sikap perhatian yang maksimun berupa sikap disiplin terhadap tugas tugas bawahannya akan memberikan efektifitas dan juga memberikan rasa hormat bawahan terhadap seorang manajer (penyelia).
4. Birokrat (Bureaucrat)
Gaya kepemimpinan ini melakukan perhatian terhadap pekerjaan(tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja dengan cara mengutaman sebuah birokrasi terhadap masing-masing bawahan untuk mencapai suatu efektifitas tujuan pekerjaan masing-masing.
- Empat Gaya Kepemimpinan yang Tidak Efektif -
1. Kompromis (compromiser)
Gaya kompromi ini menitikberatkan perhatian kepada tugas dan hubungan berdasarkan situasi kompromi.
2. Misionaris (missionary)
Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan,dengan kata lain memberikan perhatian besar pada orang-orang dan hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang sesuai.
3. Otokrat (autokrat)
Pemimpin tipe seperti ini akan memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai. Dalam kata lain gaya seperti ini lah yang tidak disukai seorang bawahan dimana pernyataan penyelia yaitu "Hal lain seharusnya dipikirkan seorang penyelia adalah konsistensi. Perubahan gaya kepemimpinan,saya pikir ,merupakan hal jelek. Para bawahan akan lebih menyukai penyelia yang keras sepanjang waktu daripada seorang lunak (linent) satu menit dan keras atau ketat(hard-noses) dua menit berikutnya". Sebuah konsistensi perhatian yang sesuai yang harus dilakukan oleh penyelia atau manager sebagai pemimpin.
4. Pelarian (deserter)
Manajer yang memili gaya kepemimpinan seperti ini sama sekali tidak memperduliakn tugas dan tanggung jawab.
c. Empat sistem manajemen Likert
1. Kompromis (compromiser)
Gaya kompromi ini menitikberatkan perhatian kepada tugas dan hubungan berdasarkan situasi kompromi.
2. Misionaris (missionary)
Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan,dengan kata lain memberikan perhatian besar pada orang-orang dan hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang sesuai.
3. Otokrat (autokrat)
Pemimpin tipe seperti ini akan memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai. Dalam kata lain gaya seperti ini lah yang tidak disukai seorang bawahan dimana pernyataan penyelia yaitu "Hal lain seharusnya dipikirkan seorang penyelia adalah konsistensi. Perubahan gaya kepemimpinan,saya pikir ,merupakan hal jelek. Para bawahan akan lebih menyukai penyelia yang keras sepanjang waktu daripada seorang lunak (linent) satu menit dan keras atau ketat(hard-noses) dua menit berikutnya". Sebuah konsistensi perhatian yang sesuai yang harus dilakukan oleh penyelia atau manager sebagai pemimpin.
4. Pelarian (deserter)
Manajer yang memili gaya kepemimpinan seperti ini sama sekali tidak memperduliakn tugas dan tanggung jawab.
c. Empat sistem manajemen Likert
Dari pihak Rensis Likert dengan melibatkan kelompok Michigan dalam melakukan penelitian bertahun-tahun mengemukakan empat sistem atau gaya dasar kepemimpinan organisasional yaitu:
Sistem I : Organisasi Otoriter Pemeras (exploitative authoritative organization)
Otokratik eksploratif , manager (penyelia) mengambil semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan dan memerintahkan serta mengeksploitasi bawahan untuk melakukannya.
Sistem II ; Organisasi Otoriter Pemurah (benevolent authoritative organization)
Otokratik penuh kebajikan, manajer tetap menentukan perintah-perintah kerja, tetapi bawahan diberi keleluasaan (flexibiitas) dalam pelaksanaannya dengan suatu cara paternalistik.
Sistem III ; Organisasi Konsultatif (consultative organization)
Partisipatif, manager (penyelia) menggunakan gaya konsultatif yaitu meminta masukan dan menerima partisipatif dari bawahan tetapi tetap menahan hak untuk membuat keputusan final.
Sistem IV ; Organisasi Parsitipasi (participative organization)
Demokratik, manajer (penyelia) memberikan berbagai pengarahan kepada bawahan tetapi memberikan kesempatan partisipasi total dan keputusan dibuat atas dasar konsensus dan prinsip mayoritas.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GAYA KEPEMIMPINAN YANG DIKEMBANGKAN SEORANG MANAJER (PENYELIA)
I. Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi yang dapat digunakan didalamnya. Efektivitas sebuah organisasi dipengaruhi oleh tingkat kompleksitas dan formalitas struktur serta sistem kewenangan dalam pengambilan keputusan. Teknologi yang digunakan berkaitan erat dengan stuktur sehingga mempengaruhi efektivitas sebuah organisasi yang dikembangkan seorang manajer (penyelia).
II. Karakteristik Lingkungan
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan, dipengaruhi oleh kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dimensi-dimensi lingkungan yang mempengaruhi efektivitas gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh manajer di dalam sebuah organisasi meliputi :
A) Tingkat keterpaduan keadaan lingkungan,
B) Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan,
C) Tingkat rasionalitas organisasi.
Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan.
III. Karakteristik Pekerja
Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap efektivitas gaya kepemimpinan seorang manajer (penyelia) di dalam sebuah organisasi. Tingkah laku manusia merupakan dukungan yang sangat berarti, tetapi dapat pula merupakan hambatan yang dapat menggagalkan efektivitas.
IV. Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen
Kebijaksanaan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi pencapaian tujuan. Dalam hal ini mencakup kebijaksanaan dan praktek pimpinan dalam tanggung jawabnya terhadap para pekerja dan organisasinya.
REFERENSI
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Asmara, Husnal. 1985. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Ghalia
Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi : Teori Kasus dan Solusi. Yogyakarta : BPFE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar